Bingung Cari Kado Buat Sang Kekasih ? Kunjungi Toko Bunga Murah
SIANTAR-Penjaga TPU Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur, tempat di mana jasad Ester Br Siagian alias Siti Nurcahaya (36) dikebumikan, terdengar suara jeritan tangisan dua hari setelah dimakamkan.
B Silalahi (40), penjaga TPU tersebut, Jumat (20/4) mengaku, dua hari setelah jasa Siti dimakamkan sekitar pukul 02.00 WIB, ia mendengar jeritan dan tangisan.
Silalahi menceritakan, awalnya dia menduga suara jeritan itu suara kucing yang memanggil pasangan sebagaimana musim kawin. Namun saat mencoba mendengar lebih seksama, ternyata suara berasal dari sebuah kuburan yang baru dibentuk tiga hari lalu.
Suara tak ubahnya tangisan perempuan dewasa yang sedang bersedih. Isak tangis terkadang sangat jelas terdengar, lalu tiba-tiba hilang dan kembali hening. Beberapa menit kemudian, kembali terdengar hingga Silalahi yang baru setahun menggantikan tugas temannya Saiful, sempat beranjak dari tempatnya. Namun begitu kembali ke gubuk yang memang disediakan untuk menjaga pemakaman itu, suara tangisan itu kembali terdengar jelas.
“Sekitar 10 menit kemudian hilang, dan begitulah hingga pukul 04.30 WIB,” kata Silalahi sembari menambahkan dia memang kerap mendengar hal-hal aneh, tapi dia yakin suara itu tidak mengganggu meski terkadang mengusik ketenangannya ketika tidur dan beristirahat.
Silalahi menyebutkan, sejak dimakamkan pada Rabu (18/4) sekitar pukul 21.00 WIB, Silalahi sudah menduga akan ada suara-suara aneh di tengah malam dari lokasi pemakaman. Apalagi jasad yang baru dimakamkan itu kematiannya tidak wajar. “Orang tua dulu bilang, rohnya pun tidak tenang sebelum penyebab kematiannya diketahui orang yang terdekat semasa hidup. Kalau itu sudah tidak menakutkan lagi, tapi terkadangkan mengusik juga. Namanya di pemakaman,” ujar Silalahi.
Silalahi mengatakan, makam Siti baru sekali diziarahi beberapa orang yang diyakini berasal dari keluarga. Kesedihan tampak mewarnai prosesi ziarah. Bahkan beberapa anak kecil turut terlibat di dalamnya dan dipastikan anak Siti Nurcahaya yang dikenal baik dan ramah kepada masyarakat itu.
Masih Misterius
Kasus pembunuhan ibu hamil enam bulan itu belum terungkap hingga Jumat (20/4). Pelaku pembunuhan pun kian misterius. Kasat Reskrim Polres Siantar AKP Azharuddin SH kepada METRO, mengatakan, dari seluruh saksi yang diperiksa, pelaku yang dicurigai adalah orang yang datang bertamu ke rumah korban beberapa kali. Namun karena identitas orangnya tidak diketahui, sulit dilacak.
Dia mengatakan, kepolisian sudah melihat daftar nama satmpam yang ada di kota Siantar dan ininsial ES tersebut tidak ada terlampir. Begitu juga karyawan STTC juga tidak ada bernama demikian, hal tersebut dilakukan karena TKP berada di belakang pabrik STTC.
Jumat (20/4) sekitar pukul 17.30 WIB di TKP, tidak terlihat lagi Polisi Line garis polisi) di rumah korban. Suhartati kakak Ponijo serta keluarga yang lain terlihat keluar dari rumah kediaman korban membawa barang-barang. Tampak Ponijo ikut membantu mengangkat barang. Saat di jalan menuju rumah Suhartati yang berjarak sekitar 50 meter, dia mengatakan bahwa polisi baru mengizinkan pihak keluarga masuk ke rumah dan mengambil barang-barang.
Ponijo kepada METRO mengatakan, untuk sementara waktu, dia akan tinggal di rumah kakaknya Suhartati. Dia pun mengajak METRO ikut ke rumah Suhartati dan berbincang-bincang.
Di rumah Suhartati, Ponijo terlihat sudah sedikit bertanaga, walau masih tersisa tanda-tanda kesediahan serta kelelahan setelah diperiksa sejak Rabu (18/4) sore, hingga Kamis (19/4) sorenya ia pulang ke rumah.
Libatkan Dukun Beberapa warga di Jalan Aman Ujung Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur, atau persisnya di gang menuju lokasi pemakaman, mengaku melihat petugas membawa orang pintar ke pemakaman Siti Nurcahaya. Tapi ketika masyarakat menghampiri prosesi acara yang diyakini mediasi terhadap korban itu, petugas yang kebanyak berpakaian preman itu, melarang dan menyuruh warga pergi.
Beberapa warga sempat mendengar dalam mediasi itu Siti Nurcahaya meminjam tubuh orang lain itu mengaku bahwa kematiannya diketahui pasti oleh suaminya sendiri, Ponijo (37). Tapi ketika orang pintar itu meminta sebuah nama yang diyakini pria yang menyabetkan senjata tajam kebeberapa bagian tubuh korban, gagal. Pasalnya, roh yang merasuki salah seorang pria persis di hadapan makam Siti Nurcahaya, langsung tersadar dan mediasi dengan roh itu akhirnya usai. “Mereka melakukan acara itu tengah hari kemarin,” ujar Boru Siahaan yang tinggal 100 meter dari lokasi TPU.
Disebutkan, beberapa petugas berpakaian preman dengan senjata api di pinggang beberapa kali bolak-balik ke pemakaman. Pada acara mediasi itu, tak satupun warga diizinkan mendekat ke TPU. Hal itu dianggap wajar oleh Boru Siahaan ketika kepolisian juga sudah kehilangan akal karena jejak pelaku sama sekali tidak diketahui.
Malah police line di TKP atau rumah kontrakan Ponijo dan korban sudah dicopot Jumat (20/4) pagi. Sehingga pihak kepolisian tidak lagi memerlukan TKP untuk mencari barang bukti yang dianggap perlu.
Terkait itu, Kasat Reskrim Polres, AKP Azharuddin mengaku pihaknya masih mendalami keterangan Ponijo terkait kematian korban yang tak lain istrinya itu. Sedangkan terkait keterlibatan orang pintar di makam korban, Azharuddin malah menganggap lidik wartawan lebih hebat dari pihaknya selaku penyidik. “Manalah saya tahu, itulah akibat hebatnya lidik kalian. Kami saja belum ada sampai ke situ pikiran kami,” ujarnya lewat pesan singkat.
ES Selalu Bawa Makanan
Ponijo mengaku masih terpukul dan tidak bisa menerima perilaku orang yang tega menghabisi nyawa istrinya dengan cara membacok hingga 7 liang. “Aku masih terpukul dan sedih lho Bang, kenapa bisa pelakunya setega itu?” ucapnya dengan raut wajah sedih.
Ia mengatakan, orang yang dicurigainya adalah ES yang pernah datang bertamu sedikitnya 4 kali dengan alasan menanyakan tempat kontrakan dan menawarkan pekerjaan sebagai satpam di Megaland kepada Ponijo.
Saat pertama kali datang bertamu, ES datang sekitar pukul 08.00 WIB dan bicara dengan korban, serta menanyakan tempat kos. Karena ES mengatakan terlalu jauh ia kerja sebagai Satpam di Megaland karena tempat tinggalnya berada di Rambung Merah. Begitu juga setelah ES mengetahui bahwa suami korban berkerja sebagai supir, ES pun menawarkan pekerjaan sebagai satpam di Megaland karena kebetulan sedang menerima lowongan. Suhartati juga mengatakan hal yang sama. Suhartati mengatakan, kepadanya korban juga bercerita tentang dan maksud kedatangan ES.
Selanjutnya, beberapa hari kemudian, ES kembali bertamu. Saat itu Ponijo sudah berangkat kerja. Namun ES tetap membicarakan tentang kontrakan dan sebuah pekerjaan satpam kepada suami korban. Bahkan ES memberikan dua pilihan pekerjaan satpam untuk suami korban. ES menyebutkan selain di Megaland ada juga tempat lain yaitu di Perdagangan, Kabupaten Simalungun dan di Tebingtinggi. Gajinya lebih besar sekitar Rp3 juta. Namun saat itu korban mengatakan, lebih baik di Megaland saja biar tidak jauh, itupun kalau Ponijo mau.
“Itulah keterangannya sama saya, dan Siti juga mengatakan bahwa ES asal datang selalu membawa kue,” ucap Suhartati sambil menggendong anaknya Anggun yang masih berusia sekitar 2,5 tahun merengek-rengek.
Selanjutnya Ponijo mengungkapkan pada hari Kamis (12/4), ia tidak pergi kerja karena sakit perut. Namun tiba-tiba sekitar pukul 08.00 WIB, ES yang diceritakan istrinya datang ke rumah dan karena melihat Ponijo tertidur di depan TV, ES menunjukkan ekspresi terkejut. Ponijo menambahkan, saat itu kondisi pintu rumahnya memang sedikit terbuka, sehingga ES tidak mengetuk pintu dan langsung terkejut. “Eh, disininya rupanya Abang ini, gak kerja ya?” tanya ES.
Kemudian, ES duduk di kursi yang kebetulan dekat pintu. Siti pun berkata supaya Ponijo tidak tidur-tiduran dan duduk karena ada tamu. Saat istrinya membuatkan kopi untuk tamunya, ES mengatakan bahwa ia hendak mencari tempat kontrakan. Namun Ponijo mengatakan, di lokasi kampung itu sulit mencari rumah. menurut Ponijo komunikasi antara dia dan ES sedikit kaku dan yang lebih banyak berbicara adalah ES.
ES lalu menawarkan langsung kepada Ponijo soal pekerjaan di Megaland. “Di Megaland masih membutuhkan 3 sampai 4 orang satpam,” sebut ES ditirukan Ponijo. “Tapi kan harus dibuat lamarannya,” balas Ponijo. “Gak usah Bang, biar aku saja yang bikin,” sahut ES kembali.
Kemudian ES mengaku enak menjadi seorang satpam. “Inilah, kalau seorang satpam harus kebal. Saya sudah banyak pake susuk,” kata ES.
Ponijo mengatakan, ES tidak ada berkomunikasi kepada istrinya dan ia hanya sebentar berada di rumah. Bahkan kopi yang disediakan istrinya tidak habis diminum. ES juga saat itu membawa kue sekitar 4 biji. Namun onijo mengaku tidak mengetahui persis kapada siapa diserahkan. “Mungkin itu oleh-oleh anaknya itu” sahut Suharti kepada METRO seraya berkata kepada Ponijo supaya kembali mengatakan apa yang diingatnya.
Ponijo mengatakan saat itu ES hanya sebentar dan permisi punlang, Ponijo melihat bahwa ES menggunakan sepedamotor jenis Matic warna merah dan di depannya warna putih tanpa nomor polisi.
ES Datang Sehari Sebelum Kejadian
Ponijo menambahkan, Selasa (17/4) malam atau satu hari sebelum kejadian, istrinya kembali menceritakan hari itu sekitar pukul 08.00 WIB, ES kembali mendatanginya dengan alasan menanyakan apakah rumah kontrakan itu sudah ditemukan. setelah itu ES kembali menanyakan apakah Ponijo siap menjadi satpam. Kemudian ES meyakinkan korban, ia meminta korban untuk mengambilkan fotocopy izajah Ponijo dengan alasan untuk mengurus berkas Ponijo jadi Satpam. Kemudian korbanpun menyerahkan izajah tersebut.
“Dia memang gak izin samaku memberikan izajah itu, tapi saat itu aku ga mempermasalahkannya,” ucap Ponijo.
Kepada MTERO, Ponijo menambahkan tidak menaruh curiga kepada istrinya selingkuh dengan ES, sebab istrinya tetap menceritakan kepada dia begitu juga kepada Suhartati kakaknya setiap kali ES datang ke rumah.